Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Bintang Laut Bertanduk (Protoreaster nodosus) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

Authors

  • Randa Wulaisfan Politeknik Bina Husada Kendari, Program DIII Farmasi
  • Selfyana Austin Tee Politeknik Bina Husada Kendari, Program DIII Farmasi
  • Febryanti Mala Politeknik Bina Husada Kendari, Program DIII Farmasi

DOI:

https://doi.org/10.46356/wfarmasi.v8i2.90

Abstract

INTISARI

 

Bintang laut bertanduk merupakan salah satu biota laut yang digunakan sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah pengobatan infeksi. Infeksi merupakan salah satu penyebab penyakit yang sering terjadi di daerah yang beriklim tropis khususnya Indonesia. Salah satu infeksi yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol bintang laut bertanduk dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang terdiri atas lima perlakuan dan tiga kali pengulangan dengan menggunakan metode pengujian paper disk. Sampel uji yang diteliti adalah bintang laut bertanduk (Protoreaster nodosus) yang dilarutkan dalam DMSO 10% hingga didapatkan varian konsentrasi 5%, 10%, dan 15% kemudian dilakukan uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bintang laut bertanduk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus masing-masing konsentrasi 5%, 10% dan 15% yakni 5,99mm, 6,69mm dan 7,64mm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol bintang laut bertanduk(Protoreaster nodosus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara signifikan.

 Kata kunci : Zona Hambat,  Bintang Laut Bertanduk, Staphylococcus aureus.

 

ABSTRACT

 Horned starfish are one of the marine biota used as traditional medicine. One of them is the treatment of infections. Infection is one of the causes of diseases that often occur in the tropics, especially Indonesia. One infection that often occurs is an infection of the skin caused by Staphylococcus aureus. This study aims to determine whether the horned starfish ethanol extract can inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria.

This type of research used in this study is an experimental study consisting of five treatments and three repetitions using a diskette testing method. The test sample studied was a horned starfish (Protoreasternodosus) dissolved in DMSO 10% to 5%, 10%, and 15% of the variant of concentration was obtained then the inhibitory test was performed on Staphylococcus aureus bacteria. The results showed that the horned starfish extract inhibited the growth of Staphylococcus aureus, each concentrations of 5%, 10% and 15% respectively 5.99 mm, 6.69 mm and 7.64 mm. Based on these results it can be concluded that the ethanol extract of the horned starfish (Protoreasternodosus) can significantly inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria.

Keywords: Inhibited zone, Horn Star, Staphylococcus aureus.

References

1. Agustina, D. S. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Ekstrak Bintang Laut Culcita sp. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Institut Pertanian Bogor.
2. Depkes, RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta.
3. Gama,dkk. (2017). Perbandingan Efektifitas Antibakteri Ekstrak Bintang Laut Culcita Sp. Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Salmonella typhi. Lampung: Universitas Lampung Fakuta Kedokteran.
4. Hapsari, Endah. 2015. Uji Antibakteri Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri) terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli.Skripsi. Pendidikan Biologi. Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta.
5. Hafizah & Sulastriana (2015). Uji daya hambat ekstrak etanol bintang laut bertanduk (Protoreaster nodosus) terhadap bakteri Strepococcus Sp dan C Albicans Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo Kendari, Indonesia: UHO.
6. Kandhasamy M, Arunachalam, Thatheyus AJ. Drynaria quercifolia(L.) J.Sm: A potential resource forantibacterial activity. AfricanJournal of Microbiology Research, 2008.
7. Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
8. Pardiansyah, R., 2015. Association Between Personal Protective Equipment Withthe Irritant Contact Dermatitis inScavengers.Faculty of Medicine,Lampung University.
9. Razak, A., Djamal, A., & Revilla, G. (2013). Artikel Penelitian Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia S.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro, 2(1), 5–8. Retrieved From Http://Jurnal.Fk.Unand.Ac.Id.
10. Rusli, dkk. 2016. Jamur endosiombion si bintang laut asterias forbesi sebagai alternative sebagai antibakteri baru pada bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan.
11. Siregar, A. F., Sabdono, A., & Pringgenies, D. (2012). Potensi Antibakteri Ekstrak Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit Pseudomonas Aeruginosa, Staphylococcus Epidermidis, Dan Micrococcus Luteus Dari Laboratorium Balai Kesehatan Jawa. Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jmr Potensi, 1(2), 152–160.
12. Wulaisfan, R., & Musdalipah. (2018). Aktivitas ekstrak kulit bawang merah (allium ascalonicum l.) Terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Jurnal Ilmiah Farmasyifa, 1(2), 126–132.

Downloads

Published

2019-10-10